![]() |
Para alumni IMABA dalam refleksi 10 tahun Ikatan Mahasiswa Bantul dengan judul Bantul Apa Kabarmu Kini? |
Arah pembangunan di Daerah Istimewa
Yogyakarta saat ini sudah berpindah. Pembangunan yang semula di
daerah utara provinsi, kini berubah di daerah selatan provinsi. Kini
wajah tersebut ada di Kabupaten Bantul. Potensi Kabupaten Bantul
tidaklah main-main, yaitu dengan sumber daya manusia yang mencapai
900.000 jiwa. Bantul juga dianugerahi sumber daya alam yang cukup
untuk mengubah tongkat kayu dan batu menjadi tanaman. Menurut
statistik kependudukan BPS, Kabupaten Bantul tercatat ada 600.000
jiwa yang termasuk kedalam rentang usia produktif. Apa kabarmu kini,
Bantul? Sebuah gagasan yang mencoba kami jabarkan untuk
“mengultimatum” kepemimpinan Bantul kedepan.
Pada gagasan
pertanian, Bantul merupakan daerah yang subur. Di daerah selatan
terkenal dengan pertanian bawang merah dan cabai, di daerah timur
Bantul terkenal dengan lumbung padinya, namun kita melihat bahwa
tidak didukung dengan SDM yang dapat mengurai permasalahan pertanian.
Peran pemuda ataupun mahasiswa
hanya berkutat pada banyaknya melakukan riset tetapi tidak bisa
mencari penyelesaian masalah tersebut. Peranan pemuda juga dibutuhkan dalam menjaga ketahanan pangan. Pemuda harus siap terjun dalam bidang pertanian. Saat ini yang dibutuhkan adalah regenerasi petani untuk keberlangsungan pertanian.
Kita beralih pada sumber daya
energi terbarukan. 98,86 % rakyat yang telah menikmati listrik, baru
sekitar 8-10% rakyat yang menikmati listrik dari pemakaian energi
terbarukan. Padahal kita punya banyak sumber daya alam yang mendukung
untuk diolah menjadi energi hijau. Energi yang mendukung Bantul
menjadi smartcity dimasa
yang akan datang. Potensi energi hijau di Bantul sangat banyak,
tergantung bagaimana kita memanfaatkaannya.
Dibidang
perempuan dan pendidikan. Pendidikan merupakan senjata yang paling
kuat. Jika kita ingin mengubah wajah Bantul, koreksi dulu
pendidikannya. Tidak hanya pendidikan formalnya saja tetapi juga
pendidikan informal. Keluarga merupakan ranah dalam pendidikan
informal, terutama perempuan. Mendidik perempuan berarti mendidik
satu generasi. Mendidik bukan hanya mengajarkan bagaimana mendapatkan
hasil tetapi juga bagaimana prosesnya.
Dibidang pergerakan kemahasiswaan. Gerakan mahasiswa di Bantul cukup
dinamis. Mahasiswa dapat mengisi ruang kosong dengan cara mengkritisi
ide dan gagasan untuk membangun Bantul yang kemudian akan disampaikan
ke Pemerintah. Bantul menjadi zona mati ketika mahasiswa tidak
bergerak. Jika pemerintah salah, perlu diadakan evaluasi ataupun
refleksi. Mahasiswa juga diharapkan dapat mewujudkan good government
di Bantul. Selain mewujudkan good government mahasiswa dituntut
menggali kreatifitas maupun ide untuk mengembangkan potensi SDA
dengan harapan masyarakat yang sejahtera.
Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengawalan pembangunan di Kaputen Bantul, untuk menjadikan Kabupaten Bantul yang lebih baik dengan cara:
- Optimalisasi sumber daya alam.
- Program populis dan inovative leadership.
- Peninjauan kembali tata kelola daerah dan mengawal perubahan.
- Mendorong keterbukaan publik.
- Optimalisasi kekuatan pemuda.