Kehidupan di desa berbeda dengan
kehidupan di kota, hidup di desa tidak akan terlepas peran kita untuk
bermasyarakat. Itulah yang menjadikan masyarakat desa memiliki rasa empati yang
lebih tinggi daripada masyarakat di kota. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya
kehidupan masyarakat desa melekat dengan budaya tegur sapa, budaya gotong
royong , dan masih seabreg budaya yang berkembang di masyarakat desa lainnya.
Apabila ada masyarakat yang engan untuk melakukan budaya –budaya yang masih
tumbuh subur di masyarakat maka hal itu akan menjadi gunjingan di masyarakat.
Sebagai contoh hal sepele saja kita lewat di depan kerumunan orang yang sedang
ngobrol lalu kita tidak melakukan tegur sapa pasti timbul omongan “
wong kae kok le ngleleng po ndarani ora ono uwong po yo yu” “ra ndue suoro kae
ki yu” “anakke sopo to kae mau” itu adalah hal sepele yang tidak kita
lakukan yang bisa menjadi bahan gunjingan. Sebenarnya norma norma di masyarakat
itu sangat baik karena dengan itu semangat kebersamaan empati gotong royong
akan tetap tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang heterogen.
Berbicara kehidupan di masyarakat
pasti tidak akan ada habisya, tapi pada tulisan ini saya akan membahas mengenai
kelompok masyarakat yang memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di
universitas khususnya kaum muda. Orang tua mendambakan agar anak-anaknya dapat
sekolah setinggi tingginya supaya bisa mengangkat derajad orang tuannya istilah
jawannya “mikul duwur mendem jero “. Tapi apalah daya orang tua karena kehidupannya
di desa yang pekerjaannya sebagai petani hanya mampu menyekolahkan anakknya
samapai jenjang SMA saja, itupun sudah alhamdulilah karena di masyarakat kita
pendidikan masih dianggap sebagai syarat utuk bisa mencari pekerjaan. Karena
saat ini karyawan- karyawan untuk bisa di terima harus lulusan SMA. Tapi masih
ada masyarakat desa yang mampu mnyekolahkan putra-putri mereka di universitas
walaupunhanya segelintir orang saja. Hal itu menjadi kebanggan tersendiri bagi
orang tua mereka.
Sesorang yang berkependidikan
(kuliah) di harapkan oleh masyarakat mampu membangun desanya dengan ilmu yang
telah mereka dapatkan. Membuat perubahan setidaknya di lingkungan karang
taruna. Karena tugas karang taruna salah satunya adalah pemberdayaan
masyarakat. Dengan adanya waraga yang menjadi mahasiswa masyarakat memberikan
kepercayaan bahwa emikiran mereka akan lebih luas dan terbuka sehingga
memungkinkan adanya perubahan seiring dengan dinamika masyarakat yang ada. Akan
tetapi dengan maraknya era digitalisasi ini banyak mahasiswa yang menyibukkan dirinya
dengan media sosial ketimbang dengan masyarakatnya. Itu menjadi keprihatinan
saya sendiri yang juga masih menjadi mahasiswa.
Selain isu digitalisasi banyak
mahasiswa desa yang jarang pulang bahkan bisa dihitung jari berapa kali mereka
pulang. Mungkin itu karena menjadi
mahasiswa memiliki tugas yang sangat banyak dan kegiatan organisasi yang sangat
padat. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri sesibuk apapun kita tidak boleh kita
melepaskan peran kita sebagai bagian dari masyarakat. Saya adalah salah satu
yang tidk begitu aktif di lingkungan kampus entah mengapa saya tidak rela
apabila saya lebih banyak memikirkan individual saya ketimbang peran saya
sebagai karang taruna denagn tugasnya. Di desa saya sat ini ada sekitar 4
mahasiswa yang kuliah di tempat dan jurusan berbeda. Ya memang sedikit maklum
karena desa kami yang kecil dan agak jauh dari pusat kota. Kebanyakan pemuda di
desa kami bekerja sebagai karyawan. Untuk itu untuk bisa memajukan sebuah desa
perlu adanya komitmen bersama.karena sering kali ada miss antara angota di
karang taruna. Hal itu menyebabkan banyak kegiatan yang hanya berhenti sebagai
sebuah wacana belaka. Mungkin juga karena keterbatasan biyaya juga menjadi
penghambat utama.
Mahasiswa seharusnya mampu
memberikan teladan bagi angota yang lain. Menjadi besar dan berkembang di
kampus tetapi mengacuhkan kegiatan-kegiatan di masyarakat menurut saya itu hal
yang keliru. Saya senang banyak teman teman saya yang tumbuh dan berkembang di
kampus nya masing-masing tetapi, saya juga berduka karena ada yang mengecil di
masyarakat. Pergi dan mencari banyak bekal untuk bisa membangun masyarakat
adalah hal yang mulia tapi pergi dan mencari untuk dirinya sendiri itu tidak
adil. Apakah sekembalinya kita nanti tidak membutuhkan masyarakat ?. salah
besar kita akan kembali ke masyarakat lagi. Berapa kali kita meakukan rapat
untuk kegiatan kemahasiswaan tapi ingatkan kapa terakir kalian rapat dengan
karang taruna, apa kontribusi kita dalam membangun masyarakat. Apa hanya
sebatas teori apa sudah sampai praktik. Masyarakat terus menilai peran kita
menilai apa yang kita perbauat untuk masyarakat. Kita sering berbicara dengan
orang –orang di luar sana dengan teman yang mungkin baru dikenal, tapi taukah
bahwa kapan anda terakir mengobrol dengan tetangga anda yang sudah anda kenal
puluhan tahun. Yang menjenguk anda pertama saat sakit, yang membantu bila anda
kesusahan. Saya sedikit bingung mengapa anda tidak meluangkan waktu ada sedikit
saja untuk masyarakat. Sesibuk apapun annda saya rasa adalah keliru besar bahwa
mengobrol dengan tetangga adalah hal yang tidak begitu penting. Mari kita
sebagai generasi yang berkependidikan ikut memangun masyarakat kita jagan hanya
diam seolah tidak tahu. Jangan samapi nanti hukuman dari masyarakat menimpa
kita.
Di akhir tulisan ini saya menujukan
tulisan ini bagi semua oang yang merasa tumbuh dan berkembang di kampus tetapi
mengecil di masyarakat, bukan hanya di lingkuanagn saya tetapi di lingkungan
pembaca sekalian. Saya sering mendengar alasan dari teman saya bahwa saya
kuliah terus kerja terus ngekos udah capek tidur. Dan yang lebih parah lagi
saya lupa kala ada pertemuan saya lagi rapat di luar. Sebenarnya hati saya
sedih mereka meluangkan waktu sebulan sekali saja sangat sulit. Ingatlah wahai
mahasisiwa engaku adalah bagian dari masyarakat juga. Apabila apa-apa kamu
masih harus selalu minta diingatkan maka anda tidak akan terbiasa. Marilah
bersama kita rubah karena belum terlalu parah karena setelah menjadi dewasa
kita menjadi masyarakat kita akan membutuhkan masyarakat. Tetapi kalau kita
saja tidak pernah berkontribusi untuk masyarakat jangankan kita minta tolong
masyarakat untuk membantu untuk datang saja ke sebuah hajatan yang anda buat
mungkin masyarakat tidak akan hadir. Ingat sebuah pepatah jawa “sopo
sek nandur bakalan ngunduh”. Ingat satu hal “TUMBUH DAN MEMBESAR DI KAMPUS
TIDAK BERARTI MENGECIL DI MASYARAKAT’’
Ikatan Mahasiswa Bantul